Mencapai Cita-Cita Yang Tertinggi

Seorang tukang cat bangunan hendak memulai tugasnya mengecat dinding bahagian luar bangunan pencakar langit berlantai 100. dari nol meter ia mulai mengecat. untuk mengecat lantai pertama ia cukup berdiri di tanah. satu dua meter ia masih cukup terjangkau setelah itu ia berpijak di atas sebuah kursi. bekerja dengan ketinggian tiga, empat dan lima meter adalah hal biasa, tiada masalah dan tidak ada yang perlu di takutkan.

Dari sebuah kursi ia mengganti pijakan sebuah meja, semakin tinggi lagi diatas meja ditindih dengan kursi, kemudian meja ditumpuk dan selanjutnya. hari kedua untuk lantai yang kedua sekedar meja dan kursi sudah tidak efektif lalu dia putar otak dan mengganti dengan sebuah tangga kayu, sejenak ia berpikir kalau-kalau saya jatuh mungkin kakiku akan terkilir.

Pekerjaan dilanjutkan terus, dan kali ini ia sampai di lantai yang kelima, sekadar tangga kayu sudah tidak nyaman untuk menahan tubuhnya yang rada overweight lalu ia mengganti dengan tangga besi. tapi disela-sela kesibukannya sekedar ia terpikir kalau-kalau ia terjatuh mungkin kakinya akan patah, geger otak atau hal-hal yang lain yang mengerikan. demi sesuap nasi pekerjaan harus tetap dilanjutkan.

Kini ia sampai di lantai 15 tangga besi sudah tidak mungkin lagi di gunakan maka ia menggantinya dengan peranca-peranca baja yang cukup kuat tetapi sejenak ia kembali berpikir kalau-kalau saya terjatuh maka tamatlah riwayatku, mungkin mayatku tak akan teridentifikasi . diatas ketinggian yang cukup mengerikan itu ia mulai berpikir pekerjaan belum apa-apa masih ada 85 latai lagi di atas sana yang harus di kerjakan. untuk sampai ke lantai seratus semua jenis tangga adalah kemustahilan, tidak mungkin. di tengah khayalannya ia tersadar ada satu cara yang cukup baik, ekonomis dan aman. " saya harus di tarik dari atas, dari lantai yang paling tinggi". dan ketika itu terjadi semua hidupku ada pada tali dimana aku terikat, semua harapanku hanya ada pada siapa yang menarik aku. Tak terbayangkan apa jadinya aku kalau-kalau terjatuh dari lantai 100.

Manusia dalam mencapai cita-citanya sering hanya mengandalkan kemampuannya , syukur-syukur tidak menghalalkan segala cara. kita akan menapaki cita-cita, keinginan kita satu demi satu dengan semua akal, semua kemampuan kita entah itu kepintaran, entah itu kecantikan dan ketampanan kita, kekuatan kita, relasi-relasi kita, nama besar keluarga kita. atau para penguasa akan mewujudkan cita-citanya dengan power yang ia miliki. para politikus menghalalkan segala cara termasuk suap menyuap. tetapi religiositas seorang tukang cat menyadarkan kita bahwa semua kemampuan kita hanya mampu mewujudkan sebagian kecil dari cita-cita kita, lumayan kalau yang terwujud itu adalah sesuatu yang benar, bukan dosa. tetapi kalau kita ingin mewujudkan cita-cita kita yang tertinggi sesungguhnya kita kita harus " DITARIK DARI ATAS OLEH TUHAN" dan ketika itu terjadi satu-satunya harapan dan tumpuan hidup kita hanya pada Tuhan. karena tidak terbayangkan apa jadinya kalau Tuhan melepaskan kita, dan selanjutnya terlempar entah kelembah mana. setiap langkah hidup kita, setiap tingkat hidup kita harus semakin menyadarkan kita akan penyelenggaraan Tuhan. semakin kita berkembang artinya semakin kita ditarik oleh Tuhan bukan Karena kuatnya kita. untuk mencapai lantai keseratus cita-cita yang tertinggi tiada jalan kecuali ditarik dan diangkat oleh Tuhan. Amin

/

www.unikunik.web.id | Copyright © 2012